Persoalan Uighur bukan Isu Agama Namun Terorisme dan Radikalisme
Jakarta – Prahara
tentang dugaan penindasan terhadap muslim etnis Uighur menjadi satu isu yang terus menjadi bahan
perbincangan berbagai pihak.
Persoalan ini akhirnya masih menjadi isu yang belum
diketahui kebenarannya karena muncul beragam wacana yang berbeda.
Seperti Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI), yang turut menyoroti terkait isu kemanusian ini.
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) KNPI Addin Jauharuddin,
masalah Uighur harus diperlakukan secara bijak.
Seringkali, kata Addin, persoalan Uighur ini dilarikan
kepada isu agama, bukan kepada isu terorisme dan radikalisme.
“Jadi, kira-kira isu ini tentu bisa berdampak
kemana-mana kalau tidak cerna dengan baik. Apalagi medsos (media sosial) di
Indonesia kan sudah sangat liar sebenarnya,” ujarnya dalam acara Refleksi
Akhir Tahun 2019 KNPI dengan tema ‘Antara Pelanggaran Versus Separatisme’, di
Gedung RRI, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (19/12).
Untuk memperjelas masalah Uighur ini, lanjut Addin,
informasi yang berimbang mesti dimunculkan.
Oleh karenanya, KNPI sebagai wadah organisasi pemuda bakal
berusaha mengkaji persoalan Uighur untuk kemudian menyampaikan informasi yang
sebenarnya.
Alhasil, dalam diskusi yang diadakan siang tadi dan dihadiri
oleh Staf Khusus Wakil Presiden RI Robikin Emhas, hingga Staf Khusus Menteri
Luar Negeri Dewi Safitri Wahab, menyimpulkan bahwa persoalan Uighur adalah isu
terorisme dan radikalisme, bukan isu agama.
“Dipaparkan oleh beberapa narasumber memang ini
sebenarnya bukan isu agama tapi isu lebih kepada soal aksi-aksi terorisme san radikalisme
yang berkembang di sana,” sebut Addin.
“Apa buktinya? Buktinya adalah di China itu ada 30 juta
penduduk Muslim. Dan dari 30 juta itu bukan hanya etnis Uighur, tapi tersebar dari
berbagai macam etnis. Dan tempat-tempat ibadah, masjid, musholah kita tersebar
di seluruh negeri China,” pungkasnya.
Sementara Menko Polhukam Mahfud MD mengklaim telah berbicara
dengan Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian mengenai etnis Uighur di
Xianjiang, China.
Dia mengatakan Xiao menyebut etnis Uighur separatis karena
memiliki agenda di luar kerangka negara China.
“Saya pribadi
sudah bicara dengan Duta Besar China tentang Uighur khusus. Saya tanya
bagaimana sih tentang Uighur? Karena orang Indonesia itu banyak bertanya,
banyak protes,” ujar Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis
(19/12).
“Dia menjelaskan
di China itu kan banyak sekali orang Islam, di berbagai penjuru, ndak apa-apa.
Kecuali Uighur katanya. Kenapa Uighur? Itu mempunyai agenda sendiri di luar
kerangka negara, separatis lah kalau istilah,” tambahnya.
Mahfud menuturkan pembicaraan dengan Xiao dilakukan di
Kantor Kemenko Polhukam beberapa hari lalu. Selain untuk kepentingan diplomasi,
dia menyebut pertemuan dengan Xiao sengaja untuk membahas tentang Uighur.
Sebelumnya, Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian
menjelaskan bahwa pemberitaan mengenai tindakan represif pemerintah China terhadap
muslim Uighur tidak benar.
Dia bahkan
mempersilakan masyarakat Indonesia untuk melihat langsung kondisi muslim
Uighur, di Xinjiang, China. Xiao Qian juga menyatakan kondisi wilayah Xinjiang aman untuk
dikunjungi.
Xiao Qian
menyampaikan itu saat bertemu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, di Bina Graha,
Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (17/12).
“Silakan jika ingin berkunjung, beribadah, dan bertemu
dengan masyarakat muslim Uighur,” kata Xiao Qian dalam keterangan resmi
Kantor Staf Presiden.
No comments