Berhasil Membuat Alat Rapid Test, NTB Siap Produksi Masal Demi Membantu Pemerintah
Cahayantb.com - Mataram, Jika tidak ada hambatan, alat rapid test Covid-19 asal NTB diproduksi massal akhir Juni mendatang. Saat ini, alat yang diberi nama RI-GHA Covid-19 itu masih uji validasi di Jawa Tengah. ”Ya Juni boleh juga,” kata Direktur Laboratorium Hepatika Bumi Gora, Mataram Prof dr Mulyanto, kemarin (29/5).
Alat rapid diagnostic test RI-GHA Covid-19 diperkenalkan Presiden Joko Widodo, 20 Mei lalu. Alat itu merupakan produk Republik Indonesia yang melibatkan para peneliti dari Univesitas Gajah Mada, Laboratorium Hepatika Mataram, dan Univesitas Airlangga. Laboratorium Hepatika yang berada di Kota Mataram dipimpin peneliti Prof dr Mulyanto.
Karena itulah penamaan RI- GHA sendiri merupakan kepanjangan dari Republik Indonesia-Gadjah Mada, Hepatika Mataram-Airlangga. Semua pihak yang terlibat mendapat tempat dalam penamaan itu.
Mulyanto menjelaskan, pembuatan alat rapid test ini merupakan proyek nasional di bawah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Mereka menggalakkan para peneliti di Indonesia membuat alat-alat kesehatan untuk penanganan Covid-19. ”Tim itu dibagi dalam gugus-gugus tugas, ada yang membuat PCR, ada yang rapid test,” tuturnya.
Keterlibatan Laboratorium Hepatika Mataram dalam proyek ini karena memiliki pengalaman panjang dalam membuat alat serupa untuk pengujian sejumlah penyakit. ”Kemenristek memberikan dana untuk melakukan inovasi, bukan menemukan lho ya,” katanya.
Tahapan pembuatan alat rapid test dibagi dua, tim Laboratorium Hepatika bertugas membuat alat rapid test. Kemudian peneliti dari Universitas Gajah Mada dan Universitas Airlangga melakukan uji validasi.
Dalam proses pembuatan itu, Hepatika mendapatkan dukungan penuh dari Fakultas Kedokteran, Univesitas Mataram. Ia melibatkan banyak tim peneliti dari Unram. RS Unram menyediakan sampel pasien postif untuk dites, sehingga mempermudah pengujian alat. ”Kalau tidak ada itu, kami tidak tahu alatnya bisa dipakai untuk Covid-19 atau tidak,” jelas mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unram itu.
Dengan kerja sama dan dukungan semua pihak, alat rapid test yang diminta pun rampung kurang dari satu bulan. ”Pertengahan April diberi tugas dan 20 Mei diperkenalkan pak presiden,” katanya.
Saat ini, alat tersebut masih diproduksi terbatas sebanyak 10 ribu untuk uji validasi. Tapi Kemenristek sudah meminta Laboratorium Hepatika membuat 40 ribu alat tes lagi. ”Sembari kita menyempurnakan apa-apa yang masih kurang,” katanya.
Untuk akurasinya, Mulyanto mengaku masih menunggu hasil uji validasi dari peneliti Universitas Gajah Mada dan Airlangga. ”Dari sana baru kita tahu berapa hitung-hitungan akurasinya,” katanya.
Informasi yang dihimpun Lombok Post, pemerintah pusat mengklaim tingkat akurasi alat itu mencapai 80 persen dan masih akan berusaha ditingkatkan. Sebanyak 10 ribu alat tes cepat Covid-19 itu saat ini tengah diuji di rumah sakit di Jawa Tengah.
Meski demikian, Mulyanto memastikan, RI-GHA Covid-19 Rapid Diagnostic Test IgG/IgM telah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan. Izin edar itu didapatkan tanggal 19 Mei lalu. ”Sehari sebelum diperkenalkan Presiden Jokowi,” katanya.
Uji validasi membutuhkan waktu sebulan, sehingga akhir Juni ditargetkan sudah bisa produksi secara masal. Awal Juli alat bisa didistribusikan dalam sekala besar untuk penanganan Covid-19. ”Sementara ini kami hanya menjalankan tugas dari Kemenristek,” katanya.
Ia menyebut, tiga perusahaan farmasi sudah siap memproduksi secara masal yakni Kalbe Farma, Kimia Farma, dan Bio Farma. ”Jadi nanti kalau ini baik, ramuannya akan kami serahkan ke Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) supaya bisa diproduksi,” katanya.
Mulyanto menjelaskan, RI-GHA Covid-19 sama dengan alat rapid test luar negeri. Jika mengacu ke standar internasional dia harus memiliki tingkat akurasi 90 persen. ”Istimewanya alat ini dibuat di sini saja (dalam negeri),” katanya, tersenyum.
Jika sudah diproduksi masal, Indonesia akan mendapatkan alat tes cepat dengan harga lebih murah. Selama ini harga alat rapid test impor antara Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu.
RI-GHA Covid-19 nanti akan dijual dengan harga jauh lebih rendah. Tapi ia belum tahu harga jual, sebab itu bukan kewenangannya. ”Kalau ongkos buatnya saja di bawah Rp 50 ribu,” ujarnya.
Keunggulan lain, RI-GHA Covid-19 yang dibuat Hepatika nanti bisa dipakai masyarakat luas. Dalam satu kotak rapid test disediakan alat lengkap untuk mengambil sampel darah dan diteteskan ke alat tes.
Juga disertakan dengan buku petunjuk cara pemakaian, sehingga mempermudah masyarakat yang ingin tes diagnosis mandiri. ”Kayak ngetes kehamilan itu deh,” jelasnya.
Meski demikian, tes harus dilakukan dengan benar dengan petunjuk yang diberikan, sehingga tidak hasilnya akurat.
Susah-susah Gampang
Membuat rapid test Covid-19, kata Mulyanto, susah-susah gampang. Membuatnya tidak mudah, tetapi dengan kemampuan para peneliti di Indonesia, sangat mungkin dilakukan. ”Tidak sulit untuk para ahli di Indonesia, yang penting kemauan itu,” katanya.
Di Indoesia, yang sering membuat alat-alat rapid test hanya di Laboratorium Hepatika. ”Mau bilang gampang juga tidak, karena yang buat hanya di sini,” katanya.
Ibarat memasak, Laboratorium Hepatika sudah terbiasa membuat alat-alat rapid test. Jika sebelumnya terbiasa memasak pelecing kangkung, sekarang diminta memasak kangkung menjadi oseng-oseng. ”Yang membedakan dengan rapid test lainnya adalah bahan dasarnya, antibodi atau antigen-nya berbeda,” katanya.
Membuat rapid test Covid-19 lebih sulit dibandingkan alat tes cepat untuk penyakit lain, sebab Covid-19 merupakan jenis baru, para ahli harus dipelajari terlebih dahulu sifat virus tersebut. ”Jelas lebih sulit ini karena baru,” katanya.
Proses pembuatan rapid test sempat terkendala saat mencari antigen sebagai bahan dasar. Mereka kesulitan mendapatkan antigen karena belum ada di Indonesia. Mereka harus membeli di Amerika Serikat. ”Sulit karena kita rebutan dengan negara-negara lain,” katanya.
Beberapa peneliti perguruan tinggi di Indonesia kini sedang membuat antigen. Ia berharap antigen yang dibuat kualitasnya bagus, sehingga mempermudah pembuatan alat rapid test.
Terpisah, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dr Hamsu Kadriyan mengatakan, pihaknya memberikan dukungan penuh dalam proses pembuatan alat tersebut. Banyak SDM Unram yan ikut terlibat, termasuk Prof Mulyanto adalah dosen di Fakultas Kedokteran Unram.
”Untuk uji awal alat rapid tesnya menggunakan serum positif yang ada di RS Unram,” katanya.
Ia mengaku bangga dengan produk anak bangsa tersebut. Apalagi saat ini negara sangat membutuhkan alat tersebut. ”Ini bisa menjadi momen kebangkitan produk Indonesia untuk berjaya di negeri sendiri, tidak mengandalkan produk-produk impor,” tandasnya. (ili/R2, ww.lombokpost.jawapos.com)
No comments