• Berita Terkini

    Waspadai Kluster Covid Lebaran!



     tinggal hitungan hari lagi. Namun, berlebaran pada tahun kedua pandemi Covid-19 saat ini membuat kita belum sepenuhnya tenang karena masih saja diliputi rasa waswas tinggi. Ini bukan untuk menakut-nakuti. Namun melihat realitas sosial yang terjadi, seperti halnya belum optimalnya regulasi, sikap waspada di tengah rasa waswas itu adalah justru sebuah keniscayaan. Presiden Jokowi pun telah mewanti-wanti potensi meledaknya kasus baru Covid-19 ini. Tahun lalu saja, pasca Lebaran, jumlah kasus baru Covid meningkat hingga 93%.


    Setidaknya ada beberapa faktor yang membuat kita bersama patut memasang kewaspadaan tinggi atas potensi naiknya kasus Covid-19 baru pada Lebaran. Pertama, kebijakan larangan mudik sebagaimana yang dikuatkan lewat Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 No 13/2021 belum efektif. Kita mafhum bahwa sejak berlaku pada 6 Mei lalu, ada ribuan pemudik yang berhasil lolos dari pos-pos penyekatan. Jumlah itu pun diprediksi akan terus meningkat hingga besok atau pada H-1 Lebaran. Para pemudik nekat ini menggunakan segala cara agar bisa pulang ke kampung halaman. Semangat dan tekad yang tinggi membuat mereka tak kendur terus berupaya mencari celah kelengahan petugas.

    Di sisi lain, jumlah petugas yang tak sebanding dengan pemudik nekat itu juga mengakibatkan screening menjadi persoalan tersendiri. Tak berlebihan jika pada beberapa kasus, ketika pemudik nekat ini membeludak, petugas tak berdaya. Ketimbang memicu kemacetan dan persoalan yang lebih besar, maka arus pemudik nekat ini pun akhirnya dibuka. Penyekatan pun sia-sia.

    Kedua, kebijakan pelonggaran aktivitas warga di wilayah aglomerasi ini juga rawan memicu kasus Covid. Sama halnya tantangan di atas, upaya pengawasan pergerakan warga di daerah aglomerasi bukanlah enteng. Mafhum pula, jumlah petugas tak akan pernah sebanding dengan warga yang nekat ingin bersilaturahmi ke saudara dan sebagainya. Di sisi lain, warga di wilayah aglomerasi juga cenderung memiliki banyak “jalur tikus” untuk ke sana ke mari.

    Ketiga, sikap mental warga yang makin abai dengan korona. Fenomena ini sangatlah mudah kita temui di kampung-kampung. Mereka sangat longgar dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) karena muncul keyakinan bahwa wabah Covid ini lebih banyak mengenai orang kota. Sikap abai mereka makin tinggi karena ditambah keyakinan setelah mendapat vaksinasi, maka tak mungkin terpapar virus lagi.




    No comments