Program Ekonomi Kerakyatan Kerek Ekonomi Surabaya Naik hingga 7,17%
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus menggencarkan program ekonomi kerakyatan. Upaya tersebut mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah hingga mencapai 7,17%, lebih tinggi dari Provinsi Jawa Timur dan nasional.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menilai program
ekonomi kerakyatan yang diinisiasinya menjadi kunci keberhasilan Surabaya dalam
membangkitkan perekonomian yang sempat terpuruk akibat pandemi.
Dia mengatakan di tahun 2020 pertumbuhan ekonomi
Surabaya sempat minus hingga menyentuh angka -4,85%. Kemudian di tahun 2021
naik menjadi 4,29% atau meningkat sekitar 8%. Selanjutnya di tahun 2022 naik
lagi ke angka 7,17% atau sekitar 3%.
"Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi Surabaya
terus meningkat hingga mencapai 7,17%, dan itu lebih tinggi dari Jatim dan nasional.
Artinya apa, berarti sinergi kuat yang kita bangun bersama semua stakeholder
yang ada di Surabaya melalui program ekonomi kerakyatan terbukti
berhasil," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (12/12/2022).
Selama beberapa tahun terakhir ini, pihaknya
telah menerapkan program ekonomi kerakyatan. Eri menyebut semua kebutuhan di
Surabaya dipenuhi oleh UMKM dan toko kelontong yang tersebar di berbagai
penjuru kota. Mulai dari ASN Pemkot Surabaya hingga siswa SD-SMP, kebutuhan
batik dan seragamnya pun memakai hasil karya UMKM lokal.
Lebih lanjut dia menjelaskan Pemkot Surabaya juga
memanfaatkan platform digital dengan membuat e-commerce pemerintahan pertama di
Indonesia, yaitu e-Peken Surabaya. Aplikasi tersebut memfasilitasi sekitar 500
pedagang toko kelontong yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok. Selain para
ASN Pemkot Surabaya, kini e-Peken itu juga sudah dibuka untuk publik, sehingga
semua orang bisa ikut berbelanja kebutuhan di e-commerce tersebut.
"Sejumlah toko di e-Peken itu omzet
transaksinya bahkan ada yang meningkat 500% lebih. Tentu ini akan sangat
membantu warga yang di bawah, sehingga perekonomian terus berputar,"
katanya.
Selain e-Peken, Pemkot Surabaya juga mengembangkan
program padat karya yang disebar ke seluruh kecamatan di Kota Surabaya.
Dikatakannya, program ini berbeda untuk masing-masing kecamatan, menyesuaikan
potensinya di setiap wilayah. Padat karya ini banyak memanfaatkan lahan tidur
atau lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) di setiap kecamatan, sehingga padat
karya ini ada yang pertanian dan nonpertanian.
"Padat Karya ini (hadir) untuk memancing MBR
Surabaya agar mau bekerja dan berusaha. Ketika sudah bekerja, kami pastikan
mereka mendapatkan pendapatan yang layak, yakni sebesar Rp 2-3 juta per bulan.
Bahkan, padat karya yang paving dan jahit sudah ada yang mendapatkan pendapatan
sampai Rp 6 juta perbulan," ujarnya.
Dia mengungkapkan hingga saat ini program padat
karya sudah banyak menyerap tenaga kerja di Surabaya. Ditambah dengan
diluncurkannya program dandan omah yang memberdayakan pekerja dari warga
sekitar.
Menurut Eri, kehadiran 2 program tersebut mampu
menekan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Surabaya, sehingga turun 2%
pada 2022. Tepatnya di angka 7,62%. Dia mengatakan sebelumnya angka
pengangguran terbuka di Kota Surabaya naik drastis pada tahun 2019 di angka
5,75%. Kemudian pada saat pandemi COVID-19 tahun 2020 meningkat menjadi 9,79%.
Selanjutnya pada tahun 2021 angka TPT itu menjadi 9,68%, dan akhirnya pada 2022
di triwulan II turun menjadi 7,62%.
"Program padat karya ini tujuan akhirnya
adalah mengentas kemiskinan di Kota Surabaya. Makanya, saat mengembangkan padat
karya itu, semua pihak saya minta untuk meninggalkan ego sektoral, tapi harus
memiliki kebersamaan dan gotong royong, sehingga ekonomi kerakyatan setempat
bisa digerakkan. Dan alhamdulillah program padat karya ini sudah menjadi percontohan
nasional untuk mengentas kemiskinan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya
Febrina Kusumawati mengatakan salah satu fokus Pemkot Surabaya di tahun 2022
adalah pemulihan ekonomi dan mengatasi pengangguran yang meningkat akibat
terjadinya pandemi. Hal itu dilakukan dengan upaya penguatan sektor UMKM,
pemulihan wisata, dan program padat karya.
"Alhamdulillah program itu berhasil, terbukti
dengan ada pertumbuhan ekonomi Surabaya yang saat ini mencapai 7,17%, meningkat
3%, dan angka itu melebihi Jatim dan nasional. Di satu sisi, tingkat
pengangguran terbuka Surabaya juga turun 2 persen karena sudah banyak yang
kerja, dan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Surabaya juga naik menjadi 82,74.
Jadi, semuanya berkaitan dan itu bukti nyata bahwa ekonomi kerakyatan yang
digagas oleh Pak Wali berhasil," pungkasnya.
No comments