• Berita Terkini

    Ekonomi Indonesia di 2025 Tetap Optimistis di Tengah Dinamika Global

     


    Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) meluncurkan laporan Economic Outlook 2025 bertajuk ‘Economic Forces at Play: Balancing Domestic Drivers and Global Uncertainty‘. Dalam laporan itu, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tetap stabil di level 3,2 persen pada 2025.


    Laporan ini membahas prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global dan kekuatan domestik yang akan mendukung daya tahan dan pertumbuhan ekonomi di 2025. Adapun pertumbuhan ekonomi global diramal mencapai level itu meskipun terdapat divergensi pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan berkembang.


    Mengutip keterangan tertulis Permata Bank, Jumat, 6 Desember 2024, di Amerika Serikat (AS), kebijakan berorientasi domestik diprediksi berimplikasi pada inflasi di atas target The Fed yakni dua persen sehingga terdapat potensi bank sentral AS memiliki ruang penurunan suku bunga 50 bps pada 2025 menjadi 3,75-4,00 persen.


    Di sisi lain, harga energi global terus menurun sejak puncaknya pada 2022, sementara harga komoditas utama Indonesia seperti minyak mentah, batu bara, dan CPO diperkirakan melanjutkan tren penurunan akibat peningkatan produksi minyak mentah, permintaan batu bara yang terbatas, dan normalisasi produksi CPO.


    Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,15 persen di mana konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan masih menjadi pendorong utama perekonomian. Di sisi lain, risiko eksternal seperti kebijakan proteksionisme AS, perlambatan permintaan global, dan volatilitas harga komoditas menjadi tantangan yang perlu dikelola.


    Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menjelaskan proyeksi optimistis ini memberikan dasar kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, memaksimalkan potensi konsumsi rumah tangga, memperkuat diversifikasi ekspor, serta menarik investasi asing langsung.


    “Karena itu, dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis dibutuhkan agar mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Kami percaya memanfaatkan potensi domestik yang dimiliki Indonesia menjadi kunci dalam mengatasi tantangan perekonomian akibat dinamika ekonomi global,” ucapnya.


    Di tingkat domestik, inflasi Indonesia diproyeksikan masih berada dalam target Bank Indonesia di 3,12 persen. Hal itu diyakini terjadi meski kenaikan tarif PPN dan cukai menjadi 12 persen pada plastik, rokok, serta minuman manis akan memberikan tekanan terhadap inflasi.


    Sedangkan nilai tukar rupiah diperkirakan menguat di rentang Rp15.200-Rp15.700 per US$. Hal ini didukung oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masuk. Selain itu, imbal hasil obligasi diproyeksikan menurun karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari Bank Indonesia dan The Fed.


    “Meskipun terdapat risiko eksternal seperti tarif perdagangan baru AS dan penguatan inflasi global, Indonesia tetap memiliki prospek pertumbuhan yang positif. Hal ini diperkuat dengan inisiatif diversifikasi ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu dan memperkuat daya saing global,” pungkas Josua.

    No comments